Postingan

Sungguh Memalukan

Suatu hari, aku sedang berjalan ditengah ramainya kota, Aku perhatikan sekelilingku dengan seksama, Ih... kotor sekali punggung mereka, Sungguh jorok dan menjijikan punggung mereka, Tidak hanya itu, juga buruk sekali wajah mereka, Apakah mereka tidak punya kaca? Aku coba untuk tidak tinggal diam begitu saja, Aku coba mengingatkan mereka semampuku, Anehnya... mereka malah tertawa kearahku, Satu per satu, semua melihatku dan menertawakanku, Aku bingung ada apa dengan diriku, Wahhh ternyata... Aku baru menyadarinya, Punggungku lebih kotor, jorok, dan menjijikan dari mereka, Selama ini aku tertipu oleh kedua mata, Tidak hanya itu, ternyata wajahku juga lebih buruk dari mereka, Seharusnya aku lebih dahulu bercermin sebelum menyuruh mereka, Ahhh... sungguh hari yang memalukan...

Mengejar Fatamorgana

Rasanya sudah terlalu jauh aku berlayar, Mengingat janji yang telah terikrar, Akhirnya membuat diriku sadar, Selama ini, hanya fatamorgana yang ku kejar, Rasanya ingin sekali ku kembali, Kembali hanya untuk yang pasti, Karena, sudah lama ku mencari, Tak ada yang ku dapat, kecuali retak di dalam hati, Semua memang kesalahanku, Salah masa laluku, Karena dosa-dosa ku, Salah diriku, Namun, sungguh aku yakin akan janji-Nya, Aku ingin kembali karena-Nya, Aku ingin pulang karena-Nya, Semoga masih ada yang menungguku karena-Nya

Perkara Kontemporer

Sering banget denger kata2... Semua akan "cie-cie" pada waktunya. Hmmm kalo dipikir sih Kok gua kasian ya malah sama "mereka" yang di "cie-cie" in belum pada waktunya. Ya husnudzon nya sih padahal mereka udah ikhtiar dengan melalui "jalan" yang tepat. Cuma yang namanya netijen yakk, sulit juga dibendung. Tapi beneran, kasian sama mereka yang di "cie-cie" in belum pada waktunya. Mereka harus menanggung dan menerima fitnah secara nyata dan terang2an. Yang laki2, padahal udah berusaha menjaga mata dan hatinya agar tidak tersengat fitnah wanita. Yang wanita, padahal udah berusaha agar terhindar menjadi fitnah bagi kaum adam. Tapi mau bagaimana lagi, emang susah membendung atmosfir netijen zaman now, Dengan dalih hanya becanda, seakan mereka lupa adab becanda seorang mukmin, Ada hubungan ketauan sedikit jadi bahan olok2, Tidak adakah bahan becandaan yang lebih berkelas dan bijak? Kurang piknik! Prinsipnya memang sulit untuk me

Menangislah Wahai Sang Pendosa

Menangislah wahai engkau sang Pendosa Kau pikir hidupmu hanya untuk dunia sahaja? Sehingga kau lalai memenuhi hak-hak-Nya Menangislah wahai engkau sang Pendosa Tidak takutkah engkau dengan azab pedihNya? Sehingga kau tak malu sampai bermaksiat kepadaNya Sebegitu angkuhnya kah dirimu wahai engkau sang Pendosa Sampai-sampai tak pernah sadar atas dosa yang kau cipta Entah tak sadar atau lupa atau sengaja Bersujudlah dan menangislah engkau sang Pendosa Selagi jasadmu masih bersatu dengan nyawa Ampunan dan Rahmat Tuhanmu akan selalu ada Selalu ada untuk hambanya yang sungguh-sungguh meminta Meminta ampunan atas dosa yang telah kau cipta (Pengingat diri sendiri)

Yang Terjaga Hanya Untuk Yang Menjaga

Waktu semakin dekat, Yakinkan hati untuk luruskan niat, Siapkan kuda-kuda untuk pondasi yang kuat, Mantapkan jiwa dengan tekad yang bulat, Untuk segera realisasikan 'itikad, Jangan main-main dengan 'itikad, Juga jangan sampai salah niat, Karena jangan sampai terjerat, Terjerat didalam pintu maksiat, Olehnya, minta lah kekuatan kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuat, Mintalah petunjuk dan hidayah kepada Sang Pemilik Seluruh Jagad, Agar tetap terjaga sampai akhirnya terikat, Terikat dengan janji suci ketika akad, Sepakat untuk hidup bersama sampai akhir hayat.

Roda kehidupan

Roda yang berputar di jalan yang menanjak, datar, dan menurun, pasti membutuhkan effort yang berbeda. Begitu juga roda kehidupan. Roda kehidupan yang berputar di jalan yang datar, seperti seseorang yang selalu merasa mudah puas atas apa yang telah dicapainya. Untungnya, ia masih berada dalam ketaatan kepada Allah Ta'ala, tapi hanya tak ada motivasi untuk meningkatkan ilmu, keimanan dan ketakwaannya. Perhatikan, titik keimanan tertingginya pada waktu ke t+1 akan selalu sama dengan titik keimanan tertingginya pada waktu ke t. Terus saja seperti itu, tak ada peningkatan. Begitupun juga ketika futur, titik keimanan terendahnya, waktu ke t+1 dan ke t, akan selalu sama. Sebenarnya tidak terlalu buruk, jika dibandingkan dengan roda kehidupan di jalan yang menurun. Roda kehidupan di jalan menurun, seperti orang yang merasa puas, bahagia, dan cukup, di dalam kemaksiatannya. Ia berpikir hidupnya sejahtera, bahagia, tanpa derita, padahal hakikatnya, perlahan mendekati murka Allah Azza

Menggapai Manisnya Iman

Ingin rasakan manisnya Iman?? Minta dan berdo'a lah kepada Allah  Ta'ala agar ditunjukan, Diberikan hidayah akan manisnya Iman, Tuntutlah ilmu agama dan jangan pernah bosan, Agar dapat membedakan dan memisahkan, Mana kebaikan mana keburukan, Kemudian jalankan dan amalkan, Ilmu yang telah diemban, Sederhana saja kawan, Lakukan jika itu kebaikan, Tinggalkan jika itu keburukan, Setelah itu ilmu kita dakwahkan, Nasihati rekan-rekan, Agar kita semua dapat merasakan, Tidak sendiri, bersama teman-teman, Betapa indahnya Islam dan manisnya Iman.