Roda kehidupan

Roda yang berputar di jalan yang menanjak, datar, dan menurun, pasti membutuhkan effort yang berbeda.

Begitu juga roda kehidupan.

Roda kehidupan yang berputar di jalan yang datar, seperti seseorang yang selalu merasa mudah puas atas apa yang telah dicapainya. Untungnya, ia masih berada dalam ketaatan kepada Allah Ta'ala, tapi hanya tak ada motivasi untuk meningkatkan ilmu, keimanan dan ketakwaannya.
Perhatikan, titik keimanan tertingginya pada waktu ke t+1 akan selalu sama dengan titik keimanan tertingginya pada waktu ke t. Terus saja seperti itu, tak ada peningkatan. Begitupun juga ketika futur, titik keimanan terendahnya, waktu ke t+1 dan ke t, akan selalu sama. Sebenarnya tidak terlalu buruk, jika dibandingkan dengan roda kehidupan di jalan yang menurun.

Roda kehidupan di jalan menurun, seperti orang yang merasa puas, bahagia, dan cukup, di dalam kemaksiatannya. Ia berpikir hidupnya sejahtera, bahagia, tanpa derita, padahal hakikatnya, perlahan mendekati murka Allah Azza wa jalla. Atau biasa disebut, Istidraj.
Coba perhatikan, titik keimanan tertingginya pada waktu ke t+1 akan selalu lebih rendah dibandingkan waktu ke t. Begitu terus, menurun, di dalam kemaksiatannya, bahkan mungkin sampai tak terlihat keimanan dan ketakwaannya dihadapan Allah Ta'ala. Bahkan titik terendahnya pada waktu ke t+1 juga akan selalu lebih rendah dibandingkan waktu ke t.
Kenapa jalan ini banyak orang merasa bahagia? Padahal mereka selalu bermaksiat kepada Allah Azza wa jalla. Jelas, karena jalan yang menurun, tidak butuh effort yang besar untuk mendapatkan kecepatan roda yang cepat. Tidak butuh usaha besar untuk mendapatkan kebahagiaan, instan dengan jalan maksiat.

Lalu, jalan mana yang lebih baik? Yaitu jalan orang2 yang memiliki roda kehidupan di jalan yang menanjak. Analogi tersebut, seperti orang2 yang tidak pernah merasa puas dan cukup atas ilmu, keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Ta'ala.
Lihat saja, titik keimanan tertinggi pada waktu ke t+1 akan selalu lebih tinggi dibandingkan waktu ke t. Jangankan titik tertinggi, titik futur nya pun, waktu ke t+1 akan selalu lebih tinggi dibanding waktu ke t. Meskipun sedang futur, ia selalu tetap istiqomah berada di jalan kebenaran. Hingga saatnya berada di titik tertinggi, ia selalu merasa kurang ilmu, keimanan dan ketakwaannya dihadapan Allah Ta'ala.
Tapi, kenapa hanya sedikit yang memilih jalan ini? Jelas saja, di jalan menanjak, butuh usaha yang besar untuk terus naik keatas. Namun, tidak usah khawatir, Allah menjanjikan nikmat yang luar biasa, melebihi bumi beserta isinya.

Semoga yang masih  berada di jalan datar, perlahan mencari jalan menanjak dengan penuh harap ridho dan pahala dari Allah Ta'ala.
Semoga yang masih berada di jalan menurun, Allah beri hidayah untuk berhenti dari kemaksiatan, dan kembali ke jalan orang2 yang dulu Allah berikan nikmat kepada mereka.
Dan semoga, yg berada di jalan menanjak, diberikan kekuatan dan kesabaran untuk istiqomah dijalanya.

Dengan sesama hanya bisa mengingatkan.
Pilihan tetap ada di rekan2.
Hidayah hanya milik Allah, Sang Pemilik daratan dan lautan.
Wallahu'alam bishowab.